Penilaian Degradasi Lahan dan Dampak Sedimentasi terhadap Perencanaan Bangungan Air di Daerah Aliran Sungai Wai Ruhu, Kota Ambon

Assessment of Land Degradation and Impact of Sedimentation on Water Structure Planning in the Wai Ruhu Watershed, Ambon City

  • Calvin T Tutuarima Program Studi Pengelolaan Lahan, Program Pascasarjana Universitas Pattimura, Jl. dr. Tamaela-Kampus PGSD, Ambon 97114, Indonesia
  • Silwanus M Talakua Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon 97233, Indonesia
  • Rafael M Osok Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena Kampus Poka, Ambon 97233, Indonesia
Keywords: Ambon, discharge, land degradation, sedimentation, Wai Ruhu Watershed

Abstract

Land degradation is the reduction in the ability of land to generate benefits from certain land uses under special treatment from land management. Land degradation usually indicates deterioration in the production capacity of the land either temporarily or permanently. A further consequence of the land degradation process is the emergence of unproductive areas called critical lands. Quantitative and qualitative determination of erosion in a watershed area could be identified through observation of real damage indicators that had occurred in the field. This is based on this study results combined with the method of determining soil degradation in the field, namely the Field Assessment Tools, indicators of soil damage due to erosion obtained in the area of this this study area. These included pedestals, exposed plant roots / tree roots and exposed building foundations as an indication of land degradation due to sheet erosion, channel indicators as channel erosion and trench indicators as trench erosion. The classification of land degradation due to erosion found in the Wai Ruhu watershed showed that the level of land degradation could be classified as light erosion, moderate erosion, heavy erosion and very heavy erosion, with the range of erosion varying from 4.40 tons/ha/year to 675,62 tons/ha/year. Meanwhile, from the results of direct measurements, the overall average sediment concentration was 98,06 mg/L. During the rainy season, the average sediment concentration produced was 107,43 mg/L, higher than during the dry season of 88.69 mg/L. The Wai Ruhu watershed had a fairly large discharge. Although during the dry season the river was not dry completely, the discharge was very small. The basic material found along the Wai Ruhu watershed indicated that there had been intensive degradation processes in the upstream area. Excessive deposition along the river would result in reduced capacity of the river channel.

Keywords: Ambon, discharge, land degradation, sedimentation, Wai Ruhu Watershed

 

ABSTRAK

Degradasi lahan adalah berkurangnya kemampuan lahan untuk menghasilkan manfaat dan keuntungan dari penggunaan lahan tertentu di bawah perlakuan khusus dari pengelolaan lahan kerusakan lahan biasanya menandakan kemunduran kapasitas produksi dari lahan baik secara temporer maupun secara permanen. Akibat lanjut dari proses degradasi lahan adalah timbulnya areal-areal yang tidak produktif yang disebut lahan kritis. Penentuan besar erosi secara kuantitatif dan kualitatif pada suatu wilayah DAS dapat diidentifikasi melalui pengamatan terhadap indikator-indikator kerusakan yang nyata terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, yang dipadukan dengan metode penentuan degradasi tanah di lapangan berupa Field Assessment Tools, maka indikator-indikator kerusakan tanah akibat erosi yang didapatkan di daerah penelitian. Itu terdiri dari pedestal, akar tanaman/akar pohon terekspos dan fondasi bangunan terekspos sebagai indikasi degradasi lahan akibat erosi lembar, indikator alur sebagai erosi alur dan indikator parit sebagai erosi parit. Klasifikasi degradasi lahan akibat erosi yang ditemukan di DAS Wai Ruhu menunjukkan bahwa tingkat degradasi lahan tergolong erosi ringan, erosi sedang, erosi berat dan erosi sangat berat, dengan kisaran besar erosi yang bervariasi antara 4,40 ton/ha/tahun sampai 675,62 ton/ha/tahun. Sedangkan dari hasil pengukuran langsung secara keseluruhan konsentrasi sedimen rata-rata adalah sebesar 98,06 mg/L. Untuk saat hujan konsentrasi sedimen rata-rata yang dihasilkan adalah sebesar 107,43 mg/L, lebih tinggi daripada saat kemarau sebesar 88,69 mg/L. DAS Wai Ruhu mempunyai debit yang cukup besar. Meskipun pada saat kemarau aliran sungai tidak kering sama sekali, tetapi debitnya sangat kecil. Material dasar yang terdapat di sepanjang saluran DAS Wai Ruhu menggambarkan bahwa telah terjadi proses-proses degradasi yang intensif di daerah hulu. Pengendapan yang berlebih di sepanjang sungai akan akan mengakibatkan berkurangnya kapasitas saluran sungai.

Kata kunci: Ambon, DAS Wai Ruhu, debit air, degradasi lahan, sedimentasi

Downloads

Download data is not yet available.

References

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. ISBN: 978-602-386-845-2.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Kota Ambon dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Kota Ambon.

BPDASHL WBM. 2019. Hasil Review Lahan Kritis Provinsi Maluku. Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Waehapu Batu Merah, Ambon

Hidayat, Y., N. Sinukaban, H. Pawitan, and S.D. Tarigan. 2008. Dampak perambahan hutan terhadap aliran permukaan dan erosi di DAS Nopu Hulu, Sulawesi Tengah. Jurnal Tanah Tropika 13(1): 59-65.

Morgan. 2005. Soil Erosion and Conservation. Blackwell Science Ltd, Oxford. ISBN: 1â€4051â€1781â€8.

Osok, R.M., S.M. Talakua, D. Supriadi, 2018. Penetapan Kelas Kemampuan Lahan Dan Arahan Rehabilitasi Lahan DAS Wai Batu Merah Kota Ambon Provinsi Maluku. Agrologia 7(1): 32-41. DOI: http://dx.doi.org/10.30598/a.v7i1.355

Stocking, M. and N. Murnaghan. 2000. Land Degradation Guideline for Field Assessment. Overseas Development Group University of East Anglia Norwich, UK Co-operating Institutions: United Nations Environment Programme (UNEP), United Nations University (UNU). People, Land Management and Environmental Change Project (PLEC)-Japan.

Sitorus, S., B. Susanto, dan O. Haridjaja. 2011. Kriteria dan klasifikasi tingkat degrdasi lahan. Jurnal Tanah dan Iklim 34:66-83.

Sitorus, S.R.P. and A.E. Pravitasari. 2017. Land degradation and land slide in Indonesia. Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education 1(2): 61-71.

Suprayogo, D., Widianto, K. Hairiah, K., dan I. Nita. 2017. Manajemen Daerah Aliran Sungai (DAS): Tinjauan Hidrologi Akibat Perubahan Tutupan Lahan Dalam Pembangunan. Malang: UB Press. ISBN: 978-602-432-403-2.

Talakua. S.M. 2009. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Kerusakan Tanah Karena Erosi Di Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Disertasi Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Talakua, S.M. 2016. Degradasi Lahan Metode Analisis dan Aplikasinya dalam Penggunaan Lahan. Yogyakarta: Penerbit Plantaxia. ISBN: 978-602-6912-13-8.

Talakua, S.M. dan R.M. Osok. 2017. Pengembangan Model Penilaian Degradasi Lahan Berdasarkan Pendekatan Field Assessment. Ambon: Pattimura University Press. ISBN: 978-602-50112-2-1.

Utomo, W.H. 2013. Degradasi Lahan di Indonesia dengan referensi penggunaan Phytomining untuk reklamasi lahan tambang. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi dengan Topik Khusus Degradasi Lahan, di Bogor 29-30 Juni 2012, p.15-28. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Wahyunto, dan A. Dariah. 2014. Degradasi lahan di Indonesia: Kondisi existing, karakteristik, dan penyeragaman definisi mendukung gerakan menuju satu peta. Jurnal Sumberdaya Lahan 8(2): 81-93. DOI: http://dx.doi.org/10.21082/ jsdl.v8n2.2014.%25p

Published
2021-06-30
How to Cite
Tutuarima, C., Talakua, S., & Osok, R. (2021). Penilaian Degradasi Lahan dan Dampak Sedimentasi terhadap Perencanaan Bangungan Air di Daerah Aliran Sungai Wai Ruhu, Kota Ambon. JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN, 17(1), 43-51. https://doi.org/10.30598/jbdp.2021.17.1.43