Perbanyakan Mikro Colocasia esculenta (L.) Schott var. Antiquorum Melalui Penggunaan IAA
Abstract
An appropriate in vitro propagation medium is necessary to improve the shoot multiplication ability and seed quality in micro propagation. In the Murashige Shoog in vitro culture medium, plant growth regulator can be added as growth promoter. This study aimed to determine the best IAA concentration for in vitro culture growth of Japanese taro (satoimo). The treatment consisted of 4 IAA concentrations, i.e. I0 (0 mg / l), I1 (0.5 mg/L), I2 (1 mg/L), I3 (1.5 mg/L) in randomized block design, with 5 replicates. The results of this study showed that IAA treatment gave an effect on the time of shoot emergence, shoot number, leaf number and root number of satoimo plantlet. IAA concentration of 0.5 mg/L was the best for satoimo shoot number, whereas 1 mg/L IAA was the best concentration for shoot number, shoot height and leaf number in micropropagation of satoimo.
Keywords: IAA, in vitro culture, Japanese taro, micro propagation
ABSTRAK
Media perbanyakan in vitrosangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan multipikasi tunas maupun kualitas bibit. Media Murashige Shoog (MS)dapatditambahkanzat pengatur tumbuh sebagai pemacu pertumbuhan dalam kultur in vitro.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi IAA terbaik bagi pertumbuhan talas jepang dalam kulturin vitro. Perlakuan terdiri dari 4 taraf konsentrasi IAA yaitu I0 (0 mg/L), I1 (0,5 mg/L), I2 (1 mg/L), I3 (1,5 mg/L) yang diulang sebanyak 5 kali dalam rancangan acak kelompok. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian IAA berpengaruh nyata terhadap saat muncul tunas, jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah akar satoimo. Konsentrasi IAA 0,5 mg/L merupakan konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan akar dan saat muncul tunas talas satoimo, sedangkan konsentrasi IAA 1 mg/L merupakan konsentrasi terbaik untuk jumlah tunas, tinggi tunas dan jumlah daun satoimo.
Kata kunci: kultur in vitro, talas jepang, IAA, perbanyakan
Downloads
References
El Sayet, S.F., A.A. Gharib, A.M. El Sawy, and O.S. Darwish. 2016. Micropropagation Protocol of Egyptian Native Cultivar of Taro, Colocasia esculenta var. Esculenta Vegetable Crops Department. Faculty of Agriculture, Cairo University, Egypt Plant Biotechnology Department, National Research Center, Dokki, Egypt.
Endang, G.L. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan Tanaman melalui Kultur Jaringan. Bogor.
Flick, C.E., D.A. Evans, and W.R. Sharp. 1993. Organogenesis. In Evans, D.A., W.R. Sharp, P.V. Amirato, and T. Yamada (Eds.). Handbook of Plant Cell Culture. Collier Macmillan. Publisher London. p. 13-81.
George, E.F. and P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegetics Ltd. Eversley, Basingtoke, England.
Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 2007. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Kanisius. Yogyakarta.
Lingga P., B. Sarwono, F. Rahardi, P.C. Rahardja, J.J. Afriastini, R. Wudianto, dan W.H. Apriadji. 1990. Bertanam ubi-ubian. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahardja, dan W. Wiryanta. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerjemah Lukman, O.R. dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.
SEAMEO. 2013. Talas Jepang (Satoimo) Tissue Culture-Service Laboratory SEAMEO BIOTROP, Bogor.
Supriati, Y., I. Mariska, dan Mujiman. 2006. Multiplikasi tunas belimbing Dewi (Averhoa carambola) melalui kultur in vitro. Buletin Plasma Nutfah 12: 50-55.
Surachmat, K. 1989. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasa Guna.
Wattimena, G.A. 1998. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU Institut Pertanian Bogor.
Zulkarnain. 2009. Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya, Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.