KENDALA PELAKSANAAN POSBINDU PTM DI PULAU SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH DARI SUDUT PANDANG PENGAMBIL KEBIJAKAN

  • Annastasia Eklesia Ohoiulun Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Christiana R Titaley Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Bertha Jean Que Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Aldo Evan Wijaya Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Maxwell L. V. Malakauseya Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Putri Ulandari Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Leonardo S Liesay Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Filda de Lima Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
  • Lidya Saptenno
  • Anggun L. Hussein Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Keywords: PTM, Posbindu, Pengambil kebijakan

Abstract

Penyakit tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. PTM juga merupakan penyebab tersering kematian prematur di seluruh dunia. Pada tahun 2016, PTM menjadi penyebab 71% kematian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri pada tahun yang sama, 73% kematian disebabkan oleh PTM. Akibat tingginya angka kematian yang disebabkan oleh PTM inilah maka pemerintah menetapkan berbagai program yang salah satunya adalah melalui deteksi dini faktor risiko PTM dalam kegiatan Posbindu PTM.  Pulau Saparua merupakan salah satu area di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku yang hingga akhir tahun 2019 belum melaksanakan Posbindu PTM secara optimal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di tiga desa di Pulau Saparua yakni desa Paperu, Porto dan Ouw. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai Januari 2020. Dalam penulisan ini peneliti hanya menggunakan hasil wawancara mendalam dengan pengambil kebijakan di tingkat desa hingga provinsi. Berdasarkan hasil wawancara kendala yang dilaporkan di tingkat desa adalah minimnya pengetahuan pengambil kebijakan tentang PTM maupun posbindu PTM, rumitnya pertimbangan alokasi dana, belum adanya pemahaman masyarakat mengenai PTM dan pemeriksaannya di Posbindu. Kendala di tingkat kecamatan ialah tidak adanya penjelasan dan pendampingan dari Dinas Kesehatan terkait pelaksanaan Posbindu, kurangnya kesadaran masyarakat, dana bantuan dari pemerintah desa susah didapat, lokasi pelaksanaan posbindu, keterbatasan jumlah kader, kekhawatiran kader untuk melakukan pemeriksaan, ketidak percayaan masyarakat terhadap kader non-medis yang melakukan pemeriksaan, ketidak percayaan masyarakat terhadap hasil pemeriksaan dengan menggunakan alat digital, tidak fokusnya pemerintah pada masalah PTM. Kendala di tingkat kabupaten termasuk pelaksanaan posbindu oleh Puskesmas belum tepat dan tidak efektif, petugas Puskesmas belum dilatih, seringnya pergantian pemegang program di Puskesma, kurangnya pemahaman pemegang program di Puskesmas tentang Posbindu PTM, kekhawatiran kader dalam melakukan tindakan pemeriksaan dan kurangnya alat yang dimiliki Puskesmas. Di tingkat Provinsi, kendala yang dilaporkan adalah minimnya bantuan dari pemerintah pusat. Dari berbagai kendala yang ditemukan pada penelitian ini kemudian dibahas sesuai panduan yang berlaku untuk mengoptimalkan pelaksanaan Posbindu PTM di pulau Saparua

Downloads

Download data is not yet available.

References

1. World Health Organization. Noncommunicable diseases. World Health. World Health Organization; 2018. hal. 1–5.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Laporan RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. hal. 118–35.
3. Holt E, Joyce C, Dornelles A, Morisky D, Webber LS, Muntner P, et al. Noncommunicable Disease Country Profiles 2014. Vol. 61, Journal of the American Geriatrics Society. World Health Organization; 2013. 558–564 hal.
4. Leane R, Melanie C, Ambernethie A, Mozes R, Sheffer K. Noncommunicable Disease Country Profiles 2018. Geneva: World Health Organization; 2018.
5. Boutayeb A, Boutayeb S. The burden of non communicable diseases in developing countries. Int J Equity Health. 2005;4(January):1–8.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2019. hal. 113–78.
7. Hoelman MB, Parhusip BTP, Eko S, Bahagijo S, Santono H. Sustainable Development Goals-SDGs Panduan untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah. Revisi. Jakarta: International NGO Forum on Indonesia Development; 2016.
8. Johnston RB. 2030 Agenda for sustainable development. Arsen Res Glob Sustain - Proc 6th Int Congr Arsen Environ AS 2016. 2016;12–4.
9. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Petunjuk teknis pos pembinaan terpadu posbindu bagi kader. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2019. 1–60 hal.
10. Peraturan menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 2015. In Jakarta; 2015.
11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2012. 1–39 hal.
12. Saputra MH, Muhith A, Fardiansyah A. Analisis Sistem Infromasi Faktor Resiko Hipertensi Berbasis Posbindu Di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Pros Semin Nas Has Penelit dan Pengabdi Masy. 2017;1:7–17.
13. Grace Sicilia, Fatwa Sari Tetra Dewi RSP. Evaluasi kualitatif program penyakit tidak menular berbasis Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Muara Bungo I. J Kebijak Kesehat Indones JKKI. 2018;7(2):88–92.
14. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Petunjuk pelaksanaan bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Jakarta: Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa; 2015. 1–119 hal.
Published
2021-06-23