REVITALISASI PENGAJARAN SEJARAH LOKAL MELALUI FALSAFAH HIDUP ORANG BERSAUDARA UNTUK PENGUATAN WAWASAN MULTIKULTURAL DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DI DAERAH MALUKU
Abstract
Tulisan ini bertujuan untuk memahami aspek sejarah dan nilai budaya tentang apa yang dialami oleh masyarkt Maluku pada masa lalu dan masa kini dari berbagai kelompok etnisitas yang tersebar di kepulauan Maluku menyaangkut falsapah hidup “orang basudara†(bersaudara). Falsafa tersebut dirasakan sangat bermanfaat bagi subjek didik saat ini dan akan datang, terutama menyangkut perilaku, persepsi, motivasi, gagasan, ide-ide, tata krama, perilaku sosial yang dipraktekan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Penulisan ini bersifat diskriptif kwalitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai falsapah hidup orang basudara (bersaudara) menurut pandangan sumbjek maupun komunitas yang diteliti berdasarkan wilayah budaya di daerah Maluku. Satu hal yang penting dalam penelitian kualitatif yaitu bukan bertujuan untuk memperoleh generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk dicari polanya dan selanjutnya didiskripsikan makna dari pola tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa falsapah hidup orang bersaudara sebagai sebuah sistem nilai budaya, merupakan modal sosial yang tetap dipertahankan dalam kehidupan masyarakat Maluku sampai saat ini, sehingga perlu untuk diterapkan kedalam muatan pengajaran sejarah lokal di daerah-daerah penganutnya.
Downloads
References
Agus Mulyana & Restu Gunawan, Ed. (2007), Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah, Bandung : Salamina Press.
Agus Mulyana, R. G. (2007). "Lingkungan Terdekat; Sumber Belajar Sejarah Lokal". Bandung Salmina Press.
Danandjaja, James. 2007. Folkor Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Depdiknas SinarGrafika.
Djoened, N. N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2010. Folklor Jawa : Macam, Bentuk dan Nilainya.Jakarta: Penaku.
Ganda, F. Kurniawan dan Romadi (2018). Local Heroes, Dan Diskursus Pembelajaran Sejarah Abad 21. Artikel Seminar Nasional. Semarang. Journal of History.
Hasan, S.H. (2007). "Kurikulum Sejarah dan Pendidikan Sejarah Lokal", Bandung: Salamina Press.
J. A. Pattikayhatu. 2010. Pela dan Gandong di Maluku Tengah. PT.Citra Aji.
J. Ajawaila. 2005. Konflik Dan Suku Bangsa, Potensi Konflik Dalam Masyarakat dan Hambatan Budaya dalam Integrasi Sosial di Kabupaten Kepulauan Aru. Proyek Pemanfaatan Kebudayaan Daerah Maluku Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Propinsi Maluku dan Maluku Utara.
James Danandjaya, (1991), Folklor Indonesia Ilmu gossip, dongeng dan lain-lain, Jakarta : graffiti.
Jefrianto. (2013, 03 23). Memahami Sejarah Lokal Sebagai Awal Pembentukan Karakter . Retrieved 07 20, 2013, from Goresan Penaku: http:// jefriantogie .blogspot.com/2013/03/memahami-sejarah-lokal-sebagai-awal.html.
L. Kooley. 1987. Sejarah Lahirnya Pela Gandong Antara Negeri-Negeri di Pulau Ambon. Ambon Balai Kajian Jalahnitra.
Mestika Zed, (2007),â€Ingatan Kolektif Lokal dan Keprihatinan Nasionalâ€.Salmina. Press
Moleong. J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitrian Kawalitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ritiauw Samuel Patra. 2019. Peran Guru dalam Pembelajaran Resolusi Konflik Berbasis Nilai Budaya Pela di Kota Ambon. JURNAL SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, Vol. 6 (2) hlm. 83-95.
Sugiyono. 2011, Metode penelitian Kwalitatif R&D. Bandung Alfabet
Van Reusen. 1992. Perkembangan Tradisai dan Kebudayaan Masyarakat. Bandung.Trasito.
Vasina, Jan, (1985), Oral Tradition As History, Winconsin : The University of Winconsin Press.
Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta. CV. IPA Abong.