EVALUASI KONFLIK MASYARAKAT DENGAN SATWA LIAR DI DESA TONGRA KECAMATAN TERAGUN KABUPATEN GAYO LUES

  • Ali Makmur Jurusan Kehutanan PSDKU Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Gayo Lues
  • Lian Varis Riandi Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala
  • Astri Winda Siregar Program Studi Kehutanan PSDKU, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
  • Fahmy Armanda Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Samudera
Keywords: Konflik, Satwa Liar, Masyarakat ,Tongra, Conflict, Wildlife, Society ,Tongra

Abstract

Konflik manusia dan satwaliar merupakan permasalahan kompleks berhubungan dengan keselamatan manusia tetapi juga satwa itu sendiri. Penelitian telah dilakukan di Desa Tongra kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sehingga masyarakat berpotensi melakukan kegiatan perambahan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dengan  memperluas lahan garapan khususnya sektor perkebunan dan peternakan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan data penyebab terjadinya konflik antara masyarakat dengan satwa liar, bagaimana mitigasi terhadap konflik tersebut dan karakteristik masyarakat Desa Tongra Kabupaten Gayo Lues. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua masyarakat mengalami konflik dengan satwa liar. Penyebab terjadi konflik antara masyarakat dengan satwa liar akibat perambahan untuk memperluas kebun, kuranganya pakan satwa liar di dalam hutan pada musim tertentu, hasil perkebunan masyarakat dapat menjadi pakan kesukaan atau palatabilitas bagi satwa liar, berubahnya kebiasaan mencari makan di dalam hutan dari satwa liar akibat aktivitas memberi makan oleh manusia yang melintasi jalan negara tembus ke Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk salah satu kawasan TNGL. Masyarakat berpendapat bahwa kerusakan akibat satwa liar tersebut mengakibatkan kurangnya hasil panen, mengalami kerugian bahkan sebagian masyarakat gagal panen. Upaya penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya konflik adalah mengusir satwa liar kembali ke habitatnya dengan membuat Membuat bunyi-bunyian dari drum bekas, membakar petasan api, menyediakan anjing galak sebagai penjaga, mebuat pagar pembatas untuk memberi efek jera terhadap satwa liar agar tidak kembali lagi menganggu tanaman masyarakat.

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Armanda, F., Abdullah. and M. S. Ali. 2018. Analisis Konflik Manusia dengan Satwa Liar di Kecamatan Peunaron Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Edubio Tropika. Vol 6(1),pp: 1–7.

Arum, S. R., dan R. Sunarto. 2018. Studi Karakteristik Wilayah Konflik Antara Gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) dengan Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Jurnal Metamorfosa, Vol 5 (2),pp: 259-265.

Azmi, W., Lingkie, M. Rood, E., Siahaan, B., Federick son Gabriella, Wibisono. 2009. Pengelolaan Pelestariaan Gajah dengan Manusia di Aceh.

Berliani, K. 2022. Upaya Komprehensif dalam Penanggulangan Konflik Manusia & Gajah. Prosiding Seminar Nasional Biotik. Vol 10 (2),pp: 12-22.

Berliani, K., Alikodra, H. S., B Masy’ud and M. Kusrin. 2016. Social, Economy, Cultural and Community Perception on Sumatran Elephant (Elephas maximus sumatranus) Conflict Area in Aceh Province. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research. Vol 27(2): pp:170–181.

Dinas Pertanian Gayo Lues 2020. Penanganan Konflik Satwa Liar.

Garsetiasih, R. 2015. Persepsi masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo yang terganggu satwa liar terhadap konservasi banteng (Bos javanicus). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Vol 12 (2),pp: 119-135.

Harahap, WH., P. Patana dan Y. Afifudin. 2012. Mitigasi Konflik Satwaliar dengan Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Desa Timbang Lawan dan Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat) Jurnal Hutan Tropika. Vol 3(1),pp:31-43.

Hidayat, W., Abdullah dan Khairil. 2018. Estimasi Populasi Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus)Berdasarkan Metode Defekasi di Kawasan Hutan Peunaron Aceh Timur. Jurnal Edubio Tropika, Vol 6(1),pp: 35-40.

Kamarullah., Nafsiatun., M. I. Hendri & A. Widiyantoro. 2019. Peningkatan Perilaku Peduli Hukum Dan Lingkungan Melalui Program Kemitraan Masyarakat Peduli Hukum. Dinamisia Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol 3(1), pp: 1–6.

Makindi, SM., MN. Mutinda., NKW dan AA, Abod. 2014. HumanWildlife Conflicts: Causes And Mitigation Measures In Tsavoconservation Area, Kenya. IJSR Vol 3(6),pp: 1025-1031.

Neupane, B., B. Subash and K Binod. 2018. Human-Elephant Conflict and Mitigation Measures in Jhapa District, Nephal. Journal of Forest and Livelihood, Vol 16(1),pp: 103–112.

Nuryasin, Y. Defri dan Kausar. 2014. Dinamika dan Resolusi Konflik Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) Terhadap Manusia di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Jom Faperta. Vol 1(2),pp: 11-20.

Oriza, O., T. Rima., Setyawati dan Riyandi. 2019. Gangguan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Sekitar Pemukiman di Desa Tumuk Manggis dan Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. Vol 8 (1),pp: 27-31.

Peraturan Menteri Kehutanan No.P. 48 Tahun 2008 Tentang Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwa Liar.

Pujianto, D., Rustiarso & H. Syahrudin. 2015. Faktor–faktor penyebab anak tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. JHPPK. Vol 4(9),pp: 1-15.

Rianti, A., dan R., Garsetiasih 2017. Persepsi Masyarakat Terhadap Gangguan Gajah Sumatera (Elephas maxsimus Sumatranus) di Kabupaten Komering Ilir. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol 14 (2),pp: 83-99.

Santoso, B., , S. Febriani dan D. Subiantoro. 2019. Pemetaan Konflik Monyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis Raffles) di Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Conservation, Vol 8 (2),pp: 138-145.

Santoso, B., S. L Febriani dan D. Subiantoro. 2019. Pemetaan Konflik Menyet Ekor Panjang (Macaca Fascicularis Raffles) di Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Jurnal Indonesia Journal of Conservation, Vol 8 (2),pp: 138-145.

Strier, K.B. 2017. Primate Behavioral Ecology (5th ed.). New York: Routledge.

Tandi, N., U. Paputungan dan Walagitan, D.H. 2023. Human and Yaki Monkey (Macaca nigra) Conflict Mitigation Strategy In Duasudara Nature Reserve And Batu Putih Nature Park, Bitung City. Agri-SosioEkonomi, Vol 19 (1),pp: 645 – 656.

Tohir, R. K., H. M Abdul and M. Burhanuddin. 2018. Keanekaragaman, Palatabilitas dan Daya Dukung Pakan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) Flying Squad di Taman Nasional Tesso Nilo. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,Vol 8(3),pp: 339–346.

Trisnawati, S.A. 2014. Studi populasi dan habitat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di cagar alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Wibowo, A., G. Ayu dan S Sudarwanto. 2017. Implementasi Kebijakan Dalam Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwa Liar Di Propinsi Jambi (Ditinjau dari Hukum dan Kebijakan Publik) Prosiding Sosial Ekonomi dan Humaniora, Vol 7 (2),pp: 265-274.

Zong, J., S. Liu,., L. Wang., and X. Guo. 2014. Population Size and Distribution Changes of Asian Manglazi Nature Reserve, Xishuangbanna Nature Reserve. Journal Forest Inventory and Planning, Vol 39(1),pp: 89–93.

Published
2024-05-05
How to Cite
Makmur, A., Riandi, L., Siregar, A., & Armanda, F. (2024). EVALUASI KONFLIK MASYARAKAT DENGAN SATWA LIAR DI DESA TONGRA KECAMATAN TERAGUN KABUPATEN GAYO LUES. JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL, 8(1), 51-60. https://doi.org/10.30598/jhppk.v8i1.12867
Section
Articles