HUBUNGAN KEPADATAN TERIPANG (HOLOTHUROIDEA) DENGAN KERAPATAN LAMUN DI PERAIRAN PULAU BUNTAL-TELUK KOTANIA, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Abstract
Buntal island has rich potency of both seagrass and sea cucumber. Seagrass ecosystem is the habitat of one among the economic valued biota, sea cucumber. The purpose of the research are: 1) to know the environmental condition; 2) to know the seagrass condition; 3) to know the community structure of the sea cucumber; 4) to know the spatial distribution of sea cucumber in the seagrass ecosystem; and 5) to analyze the relation of the density of sea cucumber and the density of seagrass in the waters of Buntal island-Kotania Bay, West Seram Regency. The sample are taken systematically using Belt Transect. The research is located in 2 observation stations where each station is determines into 3 zones. Seagrass condition is analyzed consist of density, frequency of presence and percentage of seagrass cover. The community structure of sea cucumber includes the density and frequency of presence. Spatial distribution mapping on the sea grass ecosystem is using ArcGIS application. The simple linear regression analysis and Pearson correlation are used to analyze the relation between the density of the sea cucumber and the density of the seagrass. The result of the research shows that the whole environmental parameters on the waters of Buntal Island support the existence of both the seagrass and the sea cucumber. The research finds 5 varieties of seagrass and 11 varieties of sea cucumber. Thalassia hemprichii is the seagrass variety that dominates the ecosystem while Holothuria leucospilota and H. atra are the varieties of sea cucumber with high density on Buntal Island waters. The healthy seagrass condition (well covered) is found in station 1 and bad health condition (worse covered) is found in station 2. The relation between the density of sea cucumber and the density of seagrass on the waters of Buntal Island, it is concludes that there is a high relation where the higher the density of seagrass the higher the density of the sea cucumber.
ABSTRAK
Pulau buntal memiliki potensi sumberdaya lamun maupun teripang yang melimpah. Ekosistem lamun sebagai habitat bagi sumberdaya teripang yang merupakan salah satu biota berekonomis penting. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui kondisi lingkungan; 2) mengetahui kondisi lamun; 3) mengetahui struktur komunitas teripang; 4) mengetahui distribusi spasial teripang pada ekosistem lamun; 5) menganalisis hubungan kepadatan teripang dengan kerapatan lamun di perairan Pulau Buntal-Teluk Kotania, Kabupaten Seram Bagian Barat. Pengambilan sampel lamun dan teripang dilakukan secara sistematik menggunakan metode Belt Transek. Lokasi penelitian terdiri dari 2 stasiun pengamatan dan setiap stasiun terbagi menjadi 3 zona. Kondisi lamun yang dianalisis meliputi kerapatan, frekuensi kehadiran dan persentase tutupan lamun. Struktur komunitas teripang meliputi kepadatan dan frekuensi kehadiran. Peta distribusi spasial teripang pada ekosistem lamun menggunakan aplikasi ArcGIS. Analisis regresi linear sederhana dan korelasi pearson untuk melihat pengaruh serta hubungan kepadatan teripang dengan kerapatan lamun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sacara keseluruhan parameter lingkungan di perairan Pulau Buntal sangat mendukung untuk kehidupan sumberdaya lamun maupun teripang. Ditemukannya lima jenis lamun dan 11 jenis teripang. Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang sangat mendominasi pada komunitas lamun di perairan Pulau buntal. Jenis teripang Holothuria leucospilota dan H. atra memiliki nilai kepadatan yang tinggi pada perairan pulau Buntal. Dengan kondisi lamun sehat (tutupan baik) pada stasiun 1 dan tidak sehat (tutupan rusak) pada stasiun 2. Hubungan kepadatan teripang dengan kerapatan lamun pada Perairan Pulau Buntal dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tinggi sehingga semakin tinggi kerapatan lamun akan diikuti oleh tingginya kepadatan teripang.
Kata Kunci: Lamun, teripang, kepadatan, ekosistem lamun, Pulau Buntal
Downloads
References
Astuti, C.C. 2017. Analisis Korelasi Untuk Mengetahui Keeratan Hubungan antara Keaktifan Mahasiswa Dengan Hasil Belajar Akhir. Journal of Information Computer Technology Education 1(1): 1-7.
Ati, R.N.A., T.L. Kepel, M.A. Kusumaningtyas, D.M.H. Mantiri, A.A. Hutahaean. 2016. Karkteristik dan Potensi Perairan Sebagai Pendukung Pertumbuhan Lamun di Perairan Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok, Sulawesi Utara. Jurnal Manusia dan Lingkungan 23(3): 342-348.
Azkab, M. H. 1999. Struktur dan Fungsi Pada Komunitas Lamun. Jakarta; Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi 25 (3): 1-7.
Azkab, M, H. 2006. Ada Apa Dengan Lamun. Jakarta; Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Vol 31 (3): 45-55.
Badria, S, 2007. Laju Pertumbuhan Daun Lamun (Enhalus acoroides) pada Dua Substrat yang Berbeda di Teluk Banten. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Bengen, D.G. 2004. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir Dan Laut Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Cannon, L. R. G. & H. Silver. 1987. Sea Cucumber of Nothern Australia. Queensland Museum, South Brisbane: vii + 60 hlm.
Clark A. M. & Rowe F. W. E. 1971. Monograph of Shallow-water Indo-West Pacific Echinoderms. No. 690. British Museum. pp. 238.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Darsono, P. 2003. Sumberdaya Teripang dan Pengelolaannya. Oseana XXVIII (2): 1-9. ISSN 0216-1877.
Den Hartog, C., 1970. The Sea Grasses of the World. North Holand Publishing Company. Amsterdam, 275p.
English, S., Wilkinson, C., dan Baker, V. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources, 2nd Edition. Townsville: Australian Institute of Marine Science.
Jalaluddin, M., I.N. Octaviyani, A.N.P.Putri, W. Octaviyani, I. Aldiansyah. 2020. Padang Lamun Sebagai Ekosistem Penunjang Kehidupan Biota Laut di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Indonesia. Jurnal Geografi Gea 20(1): 44-53.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KEPMEN-LH)) Nomor 200 Tahun 2004. Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KEPMEN-LH)) Nomor 51 Tahun 2004. Baku Mutu Air Laut.
Khouw, A.S. 2009. Metode dan Analisa Kuantitatif dalam Bioekologi Laut. Jakarta : PPLP.
Komala, R. 2015. Keanekaragaman Teripang Pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Bira Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indonesia 1(2): 222-226. DOI: 10.13057/psnmbi/m010209.
Kordi, M.G.H. 2010. Cara Gampang Membudidayakan Teripang. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Hal. 122.
Kordi, M.G.H. 2011 Ekosistem Lamun (Seagrass): Fungsi, Potensi dan Pengelolaan. Rineka Cipta. Jakarta.
Laksana, M.J., B. Sulardiono, A. Solichin. 2019. Kelimpahan Teripang (Holothuroidea) Berdasarkan Kerapatan Lamun di Pantai Prawean Desa Bandengan, Jepara. Journal of Maquares 8(4): 337-346.
Latuconsina, H., A. R. Lestaluhu dan M. A. Al’aidi. 2014. Sebaran Spasio-Temporal Komunitas Ikan Padang Lamun Perairan Pulau Buntal-Teluk Kotania, Seram Barat. In AA. Atmadipoera (eds). Prosiding PIT-ISOI X 2013. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia. Jakarta. pp. 280-295.
Lewerissa, Y A. 2014. Studi Ekologi Sumberdaya Teripang di Negeri Porto Pulau Saparua Maluku Tengah. Biopendix 1(1): 32-42.
Marsoedi, L. F. Mulyani, Guntur. 2020. Identifikasi Kesesuaian Lahan Budidaya Teripang Pasir (Holothuria scabra) Berdasarkan Parameter Kimia Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Perairan Lombok Barat. Jurnal Perikanan 10(1): 1-7. DOI: https://doi.org/10.29303/jp.v10i1.198.
Martoyo, J., Aji. N., Winanto, T. 2006. Budidaya Teripang. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd ed. W.B. Saundes Company. Tokyo, Japan. 574 hal.
Oktamalia, D. Purnama, D. Hartono. 2016. Studi Jenis dan Kelimpahan Teripang (Holothuroidea) di Ekosistem Padang Lamun Perairan Desa Kahyapu Pulau Enggano. Jurnal Enggano 1(2): 56-63.
Oedjoe, M.D.R. & C. B. Eoh. 2015. Keanekaragaman Timun Laut (Echinodermata: Holothuroidea) di Perairan Sabu Raijua, Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 7(1): 309-320.
Padang, A., M. sangadji, E. Lukman, R. Subiyanto. 2017. Pertumbuhan dan Kelulusan Hidup Teripang Pasir (Holothuria scabra) yang Dipelihara di Keramba Jaring Apung. TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan 13(2): 115-124.
Parawansa, B.S., I. F. Ningsih, S.B.A. Omar. 2020. Biodiversitas Lamun di Perairan Kepulauan Tonyaman, Kabupaten Polewali Mandar. Prosiding Simposium Nasional VII Kelautan dan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makasar. ISBN 978-602-71759-7-6.
Poedjirahajoe, E., N.O.D. Mahayani, B. R. Sidharta, M.Salamuddin. 2013. Tutupan Lamun dan Kondisi Ekosistemnya di Kawasan Pesisir Madasanger, Jelenga dan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 5(1):36-46. ISSN 2087-9423.
Riniatsih, I. 2016. Struktur Komunitas Larva Ikan pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Jepara. Jurnal Kelautan Tropis 19(1): 21-28.
Satria, G. G. A., Sulardiono, B., dan Purwanti, F. 2014. Kelimpahan Jenis Teripang Di Perairan Terbuka dan Tertutup Pulau Panjang Jepara, Jawa Tengah. Diponegoro Journal Of Maqueres 3(1): 108-115.
Suryaningrum, T.D. 2008. Teripang: Potensinya Sebagai Bahan Nutraceutical dan Teknologi Pengolahannya. Squalen 3(2): 63-69.
Wawo M, Wardiatno Y, Adrianto L, Bengen D.G. 2014. Carbon Stored on Seagrass Community in Marine Nature Tourism Park of Kotania Bay, Western Seram, Indonesia. Journal of Tropical Forest Management. Vol.XX, (1):51-57, April 2014. EISSN: 2089-2063. DOI: 10.7226/jtfm.20.1.51.
Copyright (c) 2020 TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.